Ketika kita
memindahkan saluran televisi atau mengunjungi sebuah toko buku Kristen, kita tidak
asing lagi mendengar bahwa Tuhan ingin umat-Nya menerima berkat jasmani dan
rohani secara utuh. Seperti yang acap kali kita dengar, pemulihan tersedia di
dalam iman bagi mereka yang percaya. Itu merupakan kabar baik! Dan senantiasa
menjadi pertanyaan besar dalam benak orang mengapa begitu sedikit orang Kristen
menerima pemulihan jasmani di tengah-tengah janji firman Tuhan.
Saya menduga banyak orang Kristen percaya konsep pemulihan ilahi bisa ditemukan
dalam penebusan Kristus. Saya melandaskan pengamatan ini atas pengamatan saya
ketika para pendeta berkhotbah menyinggung topik ini, atau pada sebuah forum
diskusi internet, di mana tidak begitu banyak orang mempertanyakan konsep ini.
Mereka yang gencar menghadirkan doktrin ini membawanya dengan sikap kepastian
yang dogmatis (sungguh-sungguh).
Keterkaitan Injil dan konsep ini merupakan satu argumen yang amat penting.
Saya sendiri, seperti siapa pun Anda yang mengasihi Allah dan kebenaran-Nya,
tidak mungkin bersedia menghancurkan karya Kristus dalam cara apa pun.
Menghancurkan karya Kristus sama saja seperti mengambil otoritas-Nya yang sudah
terjual mahal di kayu salib. Jika pemulihan jasmani kita, seperti pemulihan
rohani kita, telah digenapi oleh penderitaan Kristus di atas kayu salib,
pemulihan jasmani kita dapat diraih oleh iman seperti pengampunan dosa kita
yang juga merupakan karya Kristus, bukan?
Saya ingin membahas tiga area penting yang perlu menjadi pertimbangan
semua orang Kristen ketika memeriksa doktrin pemulihan yang terdapat di dalam
penebusan.
1. Dasar
alkitabiah.
2. Dasar
sejarah.
3. Dasar
pengalaman.
Ketika kita
hendak memeriksa doktrin apa pun, yang pertama dan utama, kita harus melihatnya
secara alkitabiah. Hal ini akan menjadi landasan pembahasan kita. Kita kemudian
akan memeriksa penggunaan ayat-ayat tersebut oleh bapa-bapa gereja mula-mula
(sejarah). Dalam hal ini, kita akan melihat bagaimana semua hal yang bersangkutan
terikat dengan pasti—antara pemulihan ilahi dan hubungannya dengan penebusan.
Kemudian, kita akan memeriksa dasar-dasar pengalaman atas ajaran ini dengan
menyimak dan melihat bukti-bukti banyak orang yang mengaku mendapat pemulihan
ilahi dan contoh-contoh yang dapat kita saksikan di televisi. Setelah ini
semua, saya akan menganalisa hal-hal yang sudah menjadi penelitian kita
bersama, dan saya tutup dengan kesimpulan.
Dasar Alkitabiah
Pemulihan jasmani
secara ilahi dalam penebusan telah digagas dari pernyataan-pernyataan langsung
Alkitab dan tafsiran ayat-ayat yang tidak begitu jelas berbicara tentang
penebusan, tetapi mengandung kesembuhan yang berasal dari iman di dalamnya.
Yesaya 53:5 jelas merupakan pernyataan langsung perihal topik ini. Tidak ada
orang Kristen mana pun menolak bahwa ayat tersebut merupakan sebuah nubuat yang
menggambarkan kematian, penebusan, dan pemulihan. “Tetapi dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan
keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita
menjadi sembuh.” Banyak orang
sudah menyaksikan bahwa pemulihan jasmani secara ilahi jelas berhubungan erat
dengan penebusan. Jika memang berkaitan dengan karya Kristus dalam penebusan,
hal yang paling logis adalah berkat pemulihan ilahi dapat diraih dengan
melakukan hal yang sama—menerimanya dengan iman. Yakobus 5:14–15 tampak semakin
menegaskan hal itu, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia
memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya
dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan
orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat
dosa, maka dosanya itu akan diampuni.” Ayat lain yang erat hubungannya
dapat ditemukan dalam 1 Petrus 2:24, “Ia
sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita,
yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu
telah sembuh.”
Tidak bisa dipungkiri Yesus melakukan banyak mukjizat dan pemulihan. Dia
mengirim para murid untuk mengabarkan Kabar Baik di mana pemulihan dan
pengusiran roh jahat menyertai mereka. Pada masa para rasul, kita juga melihat
karunia pemulihan melalui Petrus dan kemampuan untuk menyembuhkan disebut
sebagai karunia dari Roh Kudus. Konsep tentang pemulihan jelas ada dalam
Alkitab. Itu bukanlah fiksi.
Yesaya 53:5 merupakan ayat paling tegas yang acap kali terpampang jelas mengenai
konsep pemulihan ilahi. Jika pemulihan secara jasmani di dalam penebusan
diajarkan dalam Alkitab, jelas inilah ayatnya. Mari kita simak baik-baik
hubungan yang muncul dalam ayat ini: tertikam–pemberontakan,
diremukkan–kejahatan, ganjaran–keselamatan bagi kita, bilur-bilur–sembuh.
Juruselamat yang akan datang harus mengalami siksaan di kayu salib untuk sebuah
alasan. Di situ dikatakan Dia tertikam dan diremukkan untuk menebus dosa.
Ganjaran akan mendatangkan kelesamatan bagi kita dan bilur-bilurnya
mendatangkan kesembuhan. Beberapa orang menggagas bahwa kata “dan” dalam ayat
ini mengarahkan kita pada sesuatu yang berbeda dari hal yang sudah ditunjukkan
sebelumnya. Kita tahu untuk meraih keselamatan, kita harus ditebus terbelih
dulu dari dosa. Itu adalah bagian depan dari ayat ini. Bilur-bilur Yesus akibat
siksaan dipandang sebagai “tambahan” bagi pengampunan dan keselamatan. Mereka
yakin bahwa hal ini berarti kesembuhan jasmani secara ilahi.
Orang-orang yang mempertanyakan cara tafsir di atas lalu memandang
pernyataan, “dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh,” sebagai
kesimpulan bagi seluruh ayat. Hal ini masuk di akal oleh karena fakta ayat
tersebut tidak mengaitkan bilur-bilur kepada pemulihan secara ilahi. Juga,
perlu kita amati dari semua ayat yang membahas tentang penebusan Kristus dalam
Alkitab, hanya dua yang menyebut soal pemulihan. Dalam buku The Atonement, R. W. Dale mencatat 150
ayat dari PB yang secara langsung membahas tentang doktrin penebusan. Hal ini
tampak logis karena fokus penebusan dalam PL adalah dosa, kejahatan, dan pelanggaran,
serta setiap ayat dalam PB yang merujuk pada dosa, pengampunan, dan
rekonsiliasi yang dihasilkan oleh karya Kristus. Jika pemulihan jasmani secara
ilahi merupakan bagian karya Tuhan dalam penebusan, mengapa hanya segelintir
ayat yang mencantumkannya dalam Alkitab? Apakah sesuatu yang begitu dogmatis
yang dipeluk oleh orang-orang masa kini seperti pemulihan ilahi menjadi bagian
dari penebusan perlu dipertanyakan di tengah-tengah semua bukti Alkitab ini?
Jika pemulihan ilahi merupakan obyek dari penebusan, bagaimana kita menjelaskan
para penulis Alkitab enggan untuk menyampaikannya? Mungkin ada orang yang
menyaut, “berapa kali sebuah kebenaran dalam Alkitab harus muncul untuk
menyatakan kebenaran tersebut?” Tentu, jawabannya satu sudah cukup, tetapi jika
ada hal yang sedemikian penting, seperti sifat utama penebusan yang
dipertanyakan, Anda pasti mengharapkan paling tidak muncul dua atau tiga saksi
lainnya. Kita hanya mampu menemukan dua dari seluruh Alkitab, yang mana membuat
kita bertanya-tanya tentang keabsahan tafsiran orang-orang yang dipaksakan
dalam Yesaya 53:5 dan 1 Petrus 2:24.
Yesaya 53:5 dan 1 Petrus 2:24 merupakan ayat-ayat landasan yang menegaskan
pemulihan ilahi termasuk di dalam penebusan. Surat Petrus merupakan referensi
langsung dari Yesaya 53 dan menjadi sebuah indikator tentang pikiran Roh Kudus
mengenai penerapan dari kata-kata yang ada di dalamnya. 1 Petrus 2:24
mengatakan, “Ia sendiri telah memikul dosa kita di
dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa,
hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.” Perhatikan dalam ayat ini, sama halnya dalam
Yesaya 53:5, ada kesamaan yang menyebutkan tentang kesembuhan, tetapi di lihat
dari ayat sebelum atau sesudahnya tidak ada apa pun yang menjelaskan tentang
kesembuhan secara jasmani! Hal yang dikatakan adalah ketika Yesus mati di kayu
salib, ia mati untuk dosa-dosa kita, bukan untuk penyakit jasmani kita.
Penebusannya adalah untuk menjadikan kita dibenarkan—bukan sehat! Petrus
semakin mempertegas bahwa maksud Roh Kudus dalam Yesaya 53 adalah penebusan
Kristus berfungsi untuk menanggung dosa-dosa kita (penyakit rohani), bukan
penyakit jasmani. 1 Petrus 2:24 mengarahkan kita pada fakta bahwa kesembuhan
ini harus membuat kita “hidup benar”. Hal inilah yang dikaitkan dengan tanggungan
dosa kita oleh Dia, dan “oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.”
Ada orang-orang yang mungkin bersikeras mengatakan, “ini
bukan soal dosa, tetapi kesembuhan!” Ini adalah pertanyaan yang sah dan dapat
dijawab secara alkitabiah. Alkitab berbicara tentang dosa sebagai “penyakit”.
Yesaya, penulis pasal 53, juga menulis pasal 1 dalam Kitab Yesaya. Dalam pasal
1, ia menunjukkan bahwa ia tidak asing dengan permasalahan dosa sebagai
penyakit, satu-satunya hal yang perlu untuk disembuhkan dari kita. Pasal 1:4–6,
menunjukkan Israel sebagai bangsa yang berdosa, “Celakalah bangsa yang berdosa, kaum
yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku
buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan
berpaling membelakangi Dia. Di mana kamu mau dipukul lagi, kamu yang bertambah
murtad? Seluruh kepala sakit dan seluruh hati lemah lesu. Dari telapak kaki
sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit
dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak.” Amat jelas sang penulis menganggap
dosa sebagai suatu penyakit bagi Israel (atau manusia), dan penyakit tidak
membutuhkan pengampunan, tetapi membutuhkan pemulihan. Penebusan, di mana pun
disampaikan, merupakan hal yang berurusan dengan dosa, baik dinyatakan sebagai
menutupi dosa, menanggung dosa, atau dipulihkan dari penyakit yang
dihasilkannya. Yeremia berbicara tentang dosa sebagai penyakit dalam pasal
30:12–15, “Sungguh, beginilah firman
TUHAN: Penyakitmu sangat payah, lukamu tidak tersembuhkan! Tidak ada yang
membela hakmu, tidak ada obat untuk bisul, kesembuhan tidak ada bagimu! Semua
kekasihmu melupakan engkau, mereka tidak menanyakan engkau lagi. Sungguh, Aku
telah memukul engkau dengan pukulan musuh, dengan hajaran yang bengis, karena
kesalahanmu banyak, dosamu berjumlah besar. Mengapakah engkau berteriak karena
penyakitmu, karena kepedihanmu sangat payah? Karena kesalahanmu banyak, dosamu
berjumlah besar, maka Aku telah melakukan semuanya ini kepadamu.” Juga, ia
menegaskannya dalam pasal 17:9, “Hati
manusia tak dapat diduga, paling licik dari segala-galanya dan terlalu parah
penyakitnya” (BIS). Berdosa dalam Alkitab diidentifikasi sebagai penyakit.
Oleh sebab itu, mengapa kita memutarbalikkan perkataan Yesaya dan Petrus
tentang pemulihan untuk membela sebuah teori yang sebenarnya tidak mampu untuk
dipertahankan?
Bagaimana dengan janji dalam Kitab Yakobus tentang pemulihan? Bukankah ini
mengaitkan penebusan dengan pemulihan jasmani? Yakobus 5:14–15, “Kalau ada
seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat,
supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.
Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan
membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan
diampuni.” Banyak perdebatan yang muncul atas ayat ini di mana
pernyataan “doa yang lahir dari iman akan
menyelamatkan orang sakit itu” merujuk pada keselamatan dari dosa (lihat
konteks) atau pemulihan ilahi. Bahkan jika ayat ini berbicara tentang pemulihan
ilahi, yang mana saya juga setuju, tidak ada apa pun yang mengatakan tentang
penebusan. Jadi, jika hal ini tidak merujuk pada penebusan, akan terlihat tidak
jujur dan memaksakan kehendak untuk menafsirkan bahwa pemulihan ilahi berkaitan
erat dengan penebusan. Dan juga, pernyataan “menyelamatkan orang sakit itu” tidak berarti bahwa doa yang lahir dari iman terjamin berkuasa dalam setiap
kasus menyembuhkan penyakit. Pertanyaan lain juga muncul, doa siapa yang ayat
itu maksud? Orang yang sakit, mereka yang mendoakan dia, atau kedua-duanya? Doa
merupakan hal penting dalam kasus ini seperti iman. Yesus mengampuni dosa dan
banyak memulihkan orang, dan ketika melakukan mukjizat tersebut, Dia sering
kali menyatakan hal-hal yang berkaitan dengan iman. Dalam terang kebenaran ini,
Yakobus ingin para pembaca kitabnya untuk memiliki semangat besar dan absolut
akan kemampuan Allah dalam menjawab doa. Ia juga mengatakan doa yang absah
selalu merupakan kehendak Allah. “Sebenarnya
kamu harus berkata: ‘Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini
dan itu’” (Yak. 4:15). Menjadi asumsi salah yang besar jika kita
mengira bahwa hidup dan mati berada dalam kuasa manusia. Perhatikan kata-kata
Yakobus, “Jika Tuhan menghendakinya, kami
akan hidup.” Hidup kita berada di tangan Tuhan, bukan dalam kehendak kita. Juga
benar “doa yang lahir dari iman akan
menyelamatkan orang sakit itu”, jika itu
merupakan kehendak Tuhan. Doa yang lahir dari iman bukanlah kata-kata
gaib dan magis yang memaksa Allah untuk menjawab doa kita. 1 Yohanes 5:14–15
menyatakan ajaran ini. “Dan inilah keberanian percaya kita
kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan
jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita
juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta
kepada-Nya.” Doa yang lahir dari
iman harus berjalan sesuai kehendak Tuhan. Yesus mengajarkan murid-muridnya
untuk berdoa dengan harapan-harapan yang tak terbatas (Mrk. 11:22–24, Yoh.
16:23). Yakobus menegaskan kembali sikap dan semangat yang sama ketika kita
berdoa bagi mereka yang sakit.
Kita masuk ke ayat terakhir yang
memiliki referensi tentang topik ini, Matius 8:16–17. Ayat ini tidak secara
gamblang menyatakan bahwa pemulihan ilahi termasuk dalam paket penebusan
Kristus, tetapi ayat ini punya keterkaitan yang erat dengan pemulihan jasmani
secara ilahi ketika Yesus melayani di dunia dan berhubungan dengan ayat yang
terdapat dalam Yesaya 53. Banyak orang melihat ayat ini membuktikan bahwa Yesus
mati tidak saja untuk mengampuni dosa, tetapi juga menyembuhkan
penyakit-penyakit kita. “Menjelang malam
dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah
kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita
sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya:
‘Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.’” Beberapa
hal yang perlu menjadi perhatian kita dengan ayat-ayat di atas. Pertama,
walaupun ayat ini berkaitan dengan Yesaya 53:4, Matius tidak menyatakan apa pun
tentang penebusan atau kematian Kristus. Tidak ada hubungan langsung kepada
penebusan Kristus dalam ayat ini. Kedua, Matius melihat pelayanan pemulihan
Yesus sebagai penggenapan dari nubuat-nubuat yang disampaikan nabi Yesaya di
bagian akhir dari kitabnya. Pemulihan merupakan penegasan dan bukti sah bahwa
Yesus adalah Juruselamat. Tidak ada apa pun dalam ayat ini yang berkata bahwa
pemulihan yang Dia lakukan akan terjadi selepas pelayanan-Nya di dunia dan juga
tidak ada apa pun yang mengatakan sebaliknya (pemulihan akan terjadi selepas
pelayanan-Nya di dunia). Yesus “menggenapi” firman Tuhan, titik. Kita tidak
bisa memaksakan kehendak bahwa Matius punya maksud lain dari apa yang sudah ia
singkapkan. Matius di sini menegaskan bahwa Yesus menggenapi semua nubuat yang
perlu dilakukan seorang Juruselamat. Dalam ayat ini tidak ada penebusan, tidak
ada referensi di luar dari kontek langsung tentang pemulihan jasmani yang
dilakukan Yesus masa kini, dan tidak
ada janji bahwa semua penyakit setelah pelayanan Yesus di dunia akan
disembuhkan oleh iman.
Dasar Sejarah
John Wesley
dengan baik mengatakan hal berikut, “Apa pun yang benar tentu bukanlah barang
baru, dan apa pun yang baru belum tentu benar.” Pernyataan-pernyataan seperti “Merupakan
kehendak Allah bahwa semua orang percaya berada dalam kesehatan yang sempurna,”
atau “pemulihan jasmani ada di dalam penebusan Kristus”, merupakan hal yang
mampu kita jawab, tidak hanya sesuai kebenaran Firman, tetapi juga melalui
sejarah. Telah terbukti bahwa teori kesembuhan jasmani secara ilahi ada di
dalam penebusan Allah tidak bisa dibuktikan secara alkitabiah, kita bisa
melihat sumber di luar Alkitab untuk melihat apa mungkin kita mampu memperoleh
kesimpulan yang sama.
Bapa gereja mula-mula merupakan murid-murid para rasul. Banyak dari mereka
menjadi imam dan uskup setelah para rasul mati. Beberapa dari mereka merupakan
murid langsung dari para rasul seperti Timotius bagi Paulus. Banyak orang tidak
menyadarinya, tetapi banyak dari surat mereka tentang pendirian dan ajaran
Gereja abad mula-mula masih bertahan hingga kini. Ajaran tersebut telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul The Apostolic Fathers. Jika ajaran tentang pemulihan ilahi termasuk
dalam penebusan merupakan ajaran para rasul, kita mampu menilik ayat-ayat mana
yang telah mereka pelajari (Yesaya 53, Matius 8:16–17, dan 1 Petrus 2:24) dan
mengamati hubungan pemulihan ilahi dengan penebusan. Sayangnya, bagi para
pengajar doktrin semacam ini, gereja mula-mula (abad pertama) melihat hal sama
dengan yang diajarkan Alkitab soal penebusan. Penebusan berkaitan dengan dosa
dan pengampunan dosa, dan tidak merujuk apa pun tentang pemulihan ilahi
di dalam penebusan! Bahkan bagaimana mungkin, jika ini merupakan doktrin
penting, para rasul, gereja mula-mula, dan bapa-bapa gereja lupa untuk
menyampaikan ajaran vital ini, lalu tiba-tiba “muncul kembali” beberapa abad
akhir-akhir ini? Sementara beberapa kebenaran memang mengalami reformasi dalam
beberapa abad terakhir, (keselamatan oleh iman, kekudusan, iman bukan tindakan),
ajaran-ajaran ini memiliki hubungan yang jelas dengan sejarah dan dapat
diabsahkan oleh Alkitab dan gereja mula-mula. Ini merupakan satu masalah yang
tidak bisa dipecahkan oleh para pengajar “pemulihan ilahi ada dalam penebusan.”
Mereka tidak punya sejarah, tidak memiliki ayat Alkitab yang mendukung mereka,
dan mereka tidak punya bukti. Sejarah menolak ajaran mereka.
Jika kita menerima gerakan pemulihan ini, kita perlu bertanya “bagaimana
mungkin gereja mula-mula melewatinya?” Bagaimana ajaran baru tentang pemulihan
ilahi ini yang muncul 2000 tahun setelahnya mengabaikan doktrin dan sejarah
Gereja? Hal ini yang patut kita tanyakan dan tidak bisa dijawab hanya dengan
ala kadarnya.
Dasar Pengalaman
Dalam kategori
inilah pernyataan atau kesaksian yang besar dilontarkan. “Pengalaman” sulit
untuk disangkal. Pengalaman kiranya juga tidak dikesampingkan dalam pembahasan
ini, tetapi keberanan apa pun perlu dievaluasi dan diteguhkan oleh semua
kategori pada tingkat tertentu. Ketika isu ini diangkat dan orang-orang selalu
bersedia untuk membuktikan pengalaman, seolah-oleh pengalaman selalu mendukung ajaran
mereka. Mereka bertanya, “Bagaimana dengan semua bukti ini, pernahkah engkau
menghadiri ibadah pemulihan? Aku sudah pernah.” Sekali lagi, kita tidak bisa
berdebat apakah mereka pernah mengalami hal yang mereka alami, tetapi
pertanyaan vitalnya adalah apakah pengalaman tersebut sesuai dengan pengalaman
yang ada dalam Alkitab? Kita juga harus mempertimbangkan fakta bahwa apa pun yang benar akan terjadi; apa pun
yang terjadi belum tentu benar. Hanya karena sesuatu bisa terjadi, hal itu
tidak menjadikannya benar. Pertanyaan penting lainnya adalah apakah pengalaman membenarkan kebenaran atau
kebenaran yang membenarkan pengalaman? Sementara pengalaman menjadi bagian
penting dalam perjalanan hidup kita dengan Tuhan, pengalaman tidak bisa
menggantikan peran Alkitab, sejarah, dan akal sehat. Beberapa orang bahkan berani
mengatakan, “Saya tidak peduli dengan Alkitab, karena saya sudah mengalaminya!”
Sementara bisa terjadi pengalaman antara beberapa orang berbeda, cara yang
lebih efektif dalam menentukan kebenaran itulah yang dibutuhkan.
Pernyataan-pernyataan luar biasa pernah dilontarkan, tetapi itu pun harus
berdasarkan bukti-bukti yang luar biasa! Kita tidak bisa secara pasif mengakui
segala hal yang dibungkus dalam nama Yesus! Oleh karena banyak orang
memercayainya, belum tentu itu benar.
Bagaimana dengan orang-orang yang disembuhkan di televisi atau KKR
pemulihan? Saya mengakui bahwa banyak orang mendapat pemulihan masa kini,
tetapi hal itu sedikit kaitannya dengan orang tertentu menumpangkan tangannya,
atau seberapa besar iman yang ia miliki. Semua pemulihan yang terjadi adalah
karena kehendak Allah. Allah masih bekerja dalam kehidupan umat-Nya. Saya
percaya bahwa pemulihan tidak mendapat bagian apa pun dalam penebusan Kristus
dan kehendak Allah tidak senantiasa memulihkan orang. Keselamatan dari dosa dan
akibat-akibat dari keterpisahan kita dari Tuhan merupakan garis besar penebusan
di seluruh Alkitab, dan terdapat beberapa contoh Alkitab orang-orang yang tidak
disembuhkan oleh Allah.
Kadang ada orang-orang beralasan saya tidak mampu menerima “pemulihan” dan
“mukjizat” ini dikarenakan perjalanan saya dengan Tuhan masih ada yang
kurang/kosong. Untuk menjawab pernyataan semacam ini, kembali saya bertanya “apa
yang dikatakan Alkitab?” Apakah pengalaman kita membenarkan kebenaran atau
sebaliknya?
Kita bersyukur
ada contoh Tuhan Yesus. Ketika Dia memulihkan, Dia melakukannya dalam sekejap
dan menyeluruh. Ia tidak memulihkan mereka yang divonis sakit, tetapi mereka
yang sudah memiliki catatan penyakit yang diketahui semua orang. Para rasul
mampu memulihkan siapa pun, dalam sekejap dan menyeluruh, tanpa harus menyembuhkan
setahap demi setahap (Kis. 5:12–16, 9:34). Inilah karunia menyembuhkan, apa pun
yang tidak setara dengan kebenaran firman Tuhan pasti palsu. Sejauh yang dapat
saya lihat, tidak ada seorang pun masa kini yang menerima karunia pemulihan
ini. Dalam Alkitab, kita melihat semua orang yang disembuhkan pulih tanpa
terkecuali (total), jelas yang tak kita lihat masa kini. Jika ada orang yang
memilliki karunia pemulihan, izinkan mereka memulai di rumah sakit-rumah sakit
dengan para penderita kanker, dihadapan semua dokter dan media. Mulailah di
sana sampai rumah sakit kosong. Jika mereka tidak memulihkan seperti Yesus dan
para rasul, mereka palsu. Jika pemulihan sedemikian umum seperti yang dikatakan
oleh para pengajar pemulihan, tidak akan jadi masalah soal bukti, bukan? Allah
mampu memulihkan di tengah-tengah show
(acara) para pengajar tersebut, tetapi itu bukan karya si pengajar, itu adalah
kehendak Allah dan penghormatan akan Dia dari iman orang yang mencari
kesembuhan itu. Tidak ada seorang pun melakukan pemulihan ala Alkitab masa kini
karena karunia tersebut tidak dimiliki oleh seorang pun. Karunia tersebut
digunakan pada gereja mula-mula untuk mengabsahkan pelayanan para rasul.
Betapa membahayakan ketika orang “mengakui”
pemulihan dan kemudian menolak bantuan medis. Sangat mungkin penyakit sudah
menggerogoti tubuh mereka sebelum mereka sadar dan bersedia agar dokter membantu
mereka—tapi akhirnya sudah terlambat. Apakah selanjutnya kita mengatakan bahwa
mereka kekurangan iman? Jadi, jika pemulihan ada di dalam dan bersama
penebusan, kedua hal itu harus bisa diterima dalam kondisi sama seperti
keselamatan. Alkitab mendukung bahwa perlu iman untuk menerima pemulihan. Jika
kita tidak mendapatkan pemulihan, salah siapa? Jika mereka kekurangan iman
untuk menerima pemulihan (yang dapat kita saksikan), bagaimana kita mampu
percaya bahwa mereka memiliki iman yang cukup untuk keselamatan (yang tidak
kita lihat)? Saya selalu bertanya-tanya betapa banyak orang yang sebenarnya
diselamatkan seandainya doktrin ini benar?! Maksud saya adalah jika pemulihan
ada di dalam penebusan, cara menerimanya sama—oleh kasih karunia iman dalam
Kristus Yesus. Alkitab berkata, “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada
Allah” (Ibr. 11:6). Hal ini dimaksud jika
seorang tidak menerima pemulihan, mereka tidak memiliki iman yang cukup. Jika
mereka tidak menerima iman ini untuk pemulihan dan keselamatan, mereka berdiri
bertentangan dengan Tuhan, dan tidak punya harapan untuk selamat, karena tanpa
iman mustahil kita berkenan kepada Allah. Sangat mudah untuk melihat akhir yang
menyakitkan dari doktrin ini dan logika yang mereka sampaikan.
Paulus menderita “duri dalam daging,”
yang merupakan penyakit jasmani. Ia tidak disembuhkan (2. Kor. 12:7–10). Paulus
menulis kepada jemaat di Galatia, “Kamu tahu, bahwa aku pertama kali telah memberitakan Injil
kepadamu oleh karena aku sakit pada tubuhku” (Gal. 4:13). Jika pemulihan bagian dari penebusan, itu merupakan bagian
dari Injil. Bagaimana mungkin Paulus layak dipercaya jika pemulihan disediakan
oleh iman sebagai bagian dari penebusan sementara ia tidak disembuhkan? Paulus
tidak berkata kepada Timotius untuk menerima iman, ia memberi tahu dia untuk
mengambil anggur bagi perutnya, “sebab engkau sering sakit-sakit” (1. Tim. 5:23 BIS). Tampak bahwa Allah jauh lebih memperhatikan keadaan
rohani kita daripada keadaan jasmani kita.
Coba kita pikirkan hal ini. Setiap
pengajar ini lambat laun akan mati seperti kita semua, kecuali pengangkatan
mengambil kita terlebih dahulu. Mereka suatu hari akan melihat tubuh mereka
terkena penyakit, cidera, atau kerapuhan tubuh. Fakta bahwa penyakit dan
kematian memengaruhi kita semua seharusnya sudah cukup bagi siapa pun untuk
bangun dari mimpi mereka dan melihat kenyataan yang ada bahwa pemulihan di
dalam penebusan adalah ajaran yang sesat. Baik ini membuktikan doktrin ini
penuh tipuan, atau bukti bahwa semua orang, termasuk pengajar-pengajar ini
tidak memiliki iman yang cukup untuk menerima pemulihan. Jika demikian, kita
perlu meninggalkan mimpi-mimpi ini, atau kita juga terjerumus untuk
bertanya-tanya apakah siapa pun pernah memiliki iman yang cukup untuk pemulihan
atau kesalamatan!
Kesimpulan
Jika Allah tidak
selalu berkehendak atas pemulihan, mengapa Dia mengizinkan kita untuk
menderita?
Jika kita belum sadar, bukankah manusia sendiri yang mendatangkan dosa dan
penderitaan?
Kita melihat penyakit, wabah, dan kematian, dan ketidaksediaan Allah untuk
pemulihan, sebagai penekanan akan keberadaan kita di dunia.
Semua orang yang disembuhkan di Alkitab tetap saja akhirnya mati. Allah kadang
menunjukkan tangan kuasa-Nya untuk meneguhkan kehadirat-Nya, akan tetapi tempat
kita menghabiskan kekekalanlah yang terpenting. Jika saya mati esok hari, tidak
peduli apa pun kecuali saya sudah berada bersama Tuhan. Jika Tuhan mengizinkan
saya untuk menderita semacam penyakit, itu seharusnya membuat saya senantiasa
mengandalkan Dia semakin dalam, terutama dalam terang kasih dan kekekalan yang
Dia sediakan. Wahyu 21:4
menjelaskan pemulihan yang sejati, “Dan Ia akan menghapus segala air
mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi
perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama
itu telah berlalu."
Pemulihan membangun iman saya, sama halnya dengan keberanian dan kesetiaan
yang saya lihat dari mereka yang mengandalkan Tuhan dengan harapan penuh akan
surga tanpa penderitaan yang menimpa manusia di bumi.
Kiranya Tuhan memberi Anda damai
dan kesadaran bahwa Dialah yang berkuasa. Dialah Pemulih kita!