23 October 2012

Satu Bukti Tambahan Teori Evolusi Hanyalah Teori: Jumlah Bahasa di Dunia

Jika, seperti yang diakui kaum pendukung ajaran evolusi, semua manusia berasal dari sumber kehidupan kuno yang sama, bagaimana kita hanya memiliki kurang lebih 7.000 bahasa yang berbeda yang bertahan di dunia ini? Alkitab mengajarkan Allah menciptakan segala jenis bahasa dalam kisah menara Babel, “Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing…Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi” (Kej. 11:7, 9). Menurut saya pribadi, jauh lebih masuk akal menerima pernyataan Alkitab bahwa Allah yang menciptakan semua bahasa yang diucapkan manusia daripada memercayai satu debu luar angkasa akibat ledakan besar di alam semesta yang entah bagaimana mendapatkan nyawa, memperoleh kecerdasan, dan dengan proses evolusi yang sama menghasilkan 7.000 bahasa yang berbeda. Hal itu sama sekali tidak masuk akal.


Kaum evolusi menggagas adanya bahasa ‘primitif’ dan kita perlu menolak itu. Semua bahasa memiliki sistem suara, kata-kata, dan kalimat yang secara cocok mampu dikomunikasikan dalam ruang lingkup masing-masing budaya. Hal ini justru membuktikan adanya Pencipta segala sesuatu. Bahasa ‘primitif’ yang digagas oleh kaum evolusi acap kali diakui memiliki struktur atau tata bahasa yang begitu rumit. Jika manusia telah mengalami proses evolusi, sewajarnya masih ada bahasa-bahasa baru yang bermunculan hingga hari ini; tetapi fakta mengatakan sebaliknya, satu bahasa hilang setiap 2 minggu…

Para peneliti mengakui satu bahasa mulai punah setiap dua minggu.


Demikian beberapa penjelasan dari artikel ini:
Satu dari 7.000 bahasa di dunia mulai punah setiap 14 hari, tingkat rata-rata kepunahan yang jauh melebihi kepunahan burung, mamalia, atau tanaman.
Paling tidak 20% bahasa di dunia berada dalam ancaman serius kepunahan ketika orang terakhir yang menggunakannya mati, dibandingkan dengan 18% mamalia, 8% tanaman, dan 5% burung. 

Kepunahan bahasa berarti adanya pengetahuan yang hilang, kata K. David Harrison, wakil direktur the Living Tongues Institute for Endangered Languages dan ahli bahasa di Swarthmore College. 

“Ketika kita kehilangan satu bahasa, kita sudah kehilangan berabad-abad pemikiran manusia tentang waktu, musim, makhluk buas di lautan, rusa, bunga, matematika, pemandangan alam, mitos, musik, hal yang tidak diketahui dan yang ditemui setiap hari,” kata Harrison. 

Setengah dari bahasa di dunia telah punah dalam 500 tahun terakhir dan sisanya kemungkinan besar juga akan punah dalam abad ini, lanjut Harrison.

Banyak bahasa ternyata tidak mudah untuk diterjemahkan ke bahasa lainnya. Sebagai contoh bahasa yang terancam punah di Siberia Selatan, bahasa Todzhu, kata “chary” berarti “rusa kutub yang berusia dua tahun yang sudah jinak sehingga dapat dikendarai.”
Harrison dan Direktur Living Tongues, Gregory D. S. Anderson, telah mengidentifikasi lima “daerah rawan” di mana tingkat kepunahan cukup tinggi.

Salah satu daerah tersebut meliputi tiga negara bagian di Amerika yaitu Oklahoma, Texas, dan New Mexico, di mana 40 bahasa yang digunakan orang Indian Amerika mulai terancam keberadaanya. Sebagai contoh, hanya lima orang tua-tua dari suku Yuchi fasih menggunakan bahasa Yuchi. Bahasa yang bisa dikatakan tidak punya kaitan apa pun dengan bahasa lainnya di dunia.

Daerah rawan paling tinggi terdapat di Australia utara, di mana 153 bahasa yang digunakan orang Aborigin terancam punah. Hingga hari ini, hanya dikenal tiga orang yang mampu berbahasa Magati Ke di provinsi Northern Territory dan tiga orang yang berbahasa Yawuru. Tim peneliti ini bertemu dengan satu orang yang berbahasa Amurdag—bahasa yang sebelumnya dinyatakan punah—dan ia sendiri sama sekali tidak ingat bahasa yang digunakan oleh ayahnya. 

Daerah rawan lain meliputi Amerika Selatan, Siberia tengah, dan Siberia timur. Semua daerah ini memiliki kesamaan di mana mereka pernah dijajah dan hal itu mengakibatkan bahasa lokal mengalah pada bahasa penjajah baik secara sukarela maupun paksaan. Peta daerah rawan ini dapat dilihat di http://travel.nationalgeographic.com/travel/enduring-voices/
Bahasa Indian Amerika di Oklahoma mulai terkikis oleh bahasa Inggris, kata Anderson. Proses yang sama sudah terjadi di pantai timur Amerika, yang terlebih dahulu dijajah. Akhirnya, semua bahasa lokal di pantai timur telah punah. 

Para periset dari Living Tongues Institute telah mengunjungi tempat-tempat ini dan menggunakan peralatan audio dan video untuk merekam orang-orang terakhir yang fasih berbicara bahasa lokal yang mulai punah tersebut. “Dalam banyak kasus, ini adalah rekaman digital pertama dan satu-satunya dari bahasa-bahasa lokal tersebut,” kata Anderson.

Dalam jangka waktu 7 hingga 10 hari, mereka dapat merekam informasi yang memadahi untuk mencegah kepunahan total suatu bahasa.
 
Fakta bahasa manusia semakin hari semakin punah dari peradaban merupakan satu bukti teori evolusi tidak benar. Jika benar, proses di mana manusia telah memperoleh 7.000 bahasa masih bisa bertambah hingga hari ini. Apakah proses evolusi mulai berhenti? Menurut Alkitab, teori itu pada awalnya tidak ada sama sekali. Mengherankan sekali bagaimana manusia terus saja menuduh dan mencurigai ajaran Alkitab dan secara buta menerima ajaran teori evolusi.

No comments:

Post a Comment