Kata “Zionisme”
begitu umum masa kini dan hal itu berkat larangan penggunaan kata tersebut oleh
PBB dalam kebijakan yang diadakan di General Assembly pada November 10, 1975.
Oleh karena itu, muncullah kebingungan ketika kita ingin melihat sifat alami Zionisme
itu sendiri dan apakah kita sebagai orang percaya perlu mendukung atau
menolaknya.
Fakta
yang dapat kita lihat, banyak sekali propaganda yang bangkit untuk menjelaskan
Zionisme, dan mayoritas penjelasan tersebut merupakan pemutarbalikkan informasi
yang tidak akurat. Bahkan telah mencapai satu titik di mana kata “anti-zionisme”
menjadi istilah baru menggantikan “anti-semitisme”.
Beberapa
orang bahkan memberi label Zionisme sebagai konspirasi orang Yahudi sedunia
yang bertujuan untuk meruntuhkan budaya Dunia Barat agar paham komunisme merajalela.
Bagi orang-orang semacam ini, Zionisme dikaitkan erat dengan komunisme. Banyak
literatur telah dipublikasikan oleh kelompok-kelompok anti-Semit. Salah satu
karya terkenal yang mengaitkan Zionisme dengan komunisme berjudul Protocols of the Elders of Zion. Karya
itu sebenarnya merupakan karya palsu yang diracik oleh kelompok anti-Semit. Di
dalamnya, karya tersebut menampilkan catatan atau “protokol” para tua-tua
Yahudi untuk melancarkan dominasi global. Ternyata, karya itu adalah satu usaha
yang sengaja dibuat oleh kaum pendukung Czar untuk membuat opini publik
menentang laju paham komunisme di Rusia. Dari hal ini, muncullah pandangan
terkenal bahwa komunisme merupakan hasil pemikiran dan konspirasi orang Yahudi.
Dalam
empat kesempatan, ketika bangsa-bangsa Arab gagal mengalahkan Israel melalui
peperangan, mereka memulai sebuah kampanye propaganda untuk mengaitkan Zionisme
dengan rasisme. Berkat kekuatan sumber minyak Arab untuk menghasut dan
mengintimidasi bangsa-bangsa di dunia, para korban rasisme justru kini dituduh
sebagai pemicu rasisme itu sendiri. PBB telah berhenti berfungsi sebagai sebuah
organisasi yang mencari keadilan dan perdamaian bagi dunia. Sebaliknya, PBB
menjadi alat untuk menghancurkan negara-negara yang ada di dunia. Oleh karena
PBB melarang keberadaan istilah Zionisme, mereka juga telah melarang bangsa
Israel untuk hidup. Mustahil untuk memisahkan Zionisme dengan Israel. Dengan
pukulan telak ini, PBB mengesahkan kehancuran bangsa Israel oleh
musuh-musuhnya. PBB terjebak masuk dalam perangkap Iblis yang mana, pada masa
Kesusahan Besar, akan melancarkan serangan global terhadap Israel (Zak. 12:1–3;
14:1–2). Walaupun kebijakan PBB ini dihapus 17 tahun kemudian, akibat dari kerusakan
yang dihasilkannya sudah sedemikian parah.
Jika
Zionisme bukanlah konspirasi orang Yahudi sedunia dan bukan satu bentuk rasisme
Yahudi, lalu apakah itu?
Akar
kata Zionisme adalah “Zion” (Sion). Walaupun kata Sion pada dasarnya merujuk
pada bukit yang diatasnya didirikan Bait Allah, kata itu akhirnya menjadi
sepadan dengan nama “Yerusalem.” Zionisme hanya berkepentingan dengan Tanah
Sion (Israel) dan ibu kotanya, Yerusalem.
Zionisme
menggambarkan sebuah kerinduan. Sebuah ekspresi akan kerinduan besar yang
dimiliki orang Yahudi baik pada masa lalu dan masa kini atas tanah kelahiran
mereka. Zionisme muncul sewaktu bangsa Israel diperbudak di Mesir. Sama halnya
juga muncul pada masa pembuangan di Babel. Zionisme muncul juga pada masa
dispersi global orang Yahudi,—dimulai setelah penghancuran Yerusalem oleh
bangsa Romawi pada 70 M. Ketika orang Yahudi mana pun mengekspresikan sebuah
kerinduan untuk pulang ke tanahnya—apa pun alasannya—ia sedang mengekspresikan
Zionisme. Orang Yahudi mana pun yang menatap dan mengidentifikasi dirinya
dengan Tanah Perjanjian, entah sadar atau tidak; diizinkan atau tidak, adalah
seorang Zionist.
Zionisme
bukanlah konspirasi atau rasisme. Itu merupakan sebuah ungkapan hati yang
disematkan ke dalam setiap hati orang Yahudi oleh Allah sendiri. Zionisme yang
belum digenapi berarti orang-orang yang belum berhasil memasuki tanah Israel.
Sebaliknya Zionisme yang digenapi adalah orang-orang yang berhasil masuk tanah
Israel dan hidup di tanah tersebut.
Akan
tetapi, banyak orang percaya ingin mengetahui hal ini: Apakah Zionisme itu
alkitabiah? Untuk menjawab ini, semua orang percaya yang menerima Alkitab
secara literal dan serius perlu mengatakan “ya.”
Perikop
terkenal akan Zionisme yang ditemukan dalam Alkitab adalah Mazmur 137:1–6:
Di tepi sungai-sungai Babel, di
sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita mengingat Sion. Pada
pohon-pohon gandarusa di tempat itu kita menggantungkan kecapi kita. Sebab di
sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita memperdengarkan
nyanyian, dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian sukacita:
"Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!" Bagaimanakah kita
menyanyikan nyanyian TUHAN di negeri asing? Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem,
biarlah menjadi kering tangan kananku! Biarlah lidahku melekat pada
langit-langitku, jika aku tidak mengingat engkau, jika aku tidak jadikan
Yerusalem puncak sukacitaku!
Kerinduan
untuk pulang kembali ke Israel oleh orang-orang Yahudi yang dibuang ke Babel
merupakan sebuah ekspresi akan Zionisme. Kata Sion digunakan dua kali sama
halnya nama aliasnya, Yerusalem. Sion perlu diingat (ayat 1), serta
nyanyian-nyanyiannya (ayat 3). Yerusalem tidak boleh dilupakan (ayat 5), tetapi
dijadikan puncak sukacita (ayat 6). Jika dilihat, penulis mazmur ini seorang
Zionist yang fanatik.
Zionist
lain yang kita kenal tidak lain adalah Nabi Yesaya. Ia menulis demikian dalam
Yesaya 62:1
Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh
karena Yerusalem aku tidak akan tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar
seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh.
Kesimpulan yang dapat kita ambil
adalah Zionisme tidak ada hubungan apa pun dengan konspirasi, rasisme, politik, kebencian, persaingan,
dll. Zionisme adalah kerinduan terdalam orang Yahudi untuk kembali ke tanah air
mereka. Anggapan lain dari kata ini keliru.
Yesus raja orang Yahudi 🕎✡️
ReplyDelete